SENJATA PERTAMA
Ikat
Pingang - Kebenaran
Sebelum kita membicarakan lebih lanjut
tentang pokok masalahnya, marilah kita terlebih dahulu menyatukan persepsi kita
tentang pengertian kebenaran. Kata ‘kebenaran’ berasal dari kata dasar ‘benar’.
Kata benar ini beriringan dengan kata ‘adil’, dan juga kata ‘setia’ sehingga
tidak bisa terlepaskan dari tatanan hukum dan aturan.
Sesesorang dapat dikatakan benar karena dia
menjalani hidupnya sesuai dengan aturan dan hukum yang ada, dalam artian dia
setia terhadap hukum dan aturan yang ada. Hal ini terutama berlaku dalam hidup
antar sesama manusia di hadapan Allah.
Dalam kehidupan yang berlangsung dalam PL
yang hidup di bawah hukum taurat. Sejak kejatuhan manusia pertama ke dalam
dosa, tak seorang pun manusia yang benar di hadapan Allah. Semua manusia telah
berbuat dosa.
Kebenaran yang diupayakan oleh manusia dengan
mematuhi hukum taurat tidak bisa memenuhi kebenaran yang dari Allah. Rasul
Paulus membedakan keadilan yang dicapai oleh usaha moral manusia apa yang
disebut dengan kebenaran karena menaati hukum Taurat (Filipi 3:9), dan
kebenaran yang merupakan pemberian Tuhan kepada manusia sebagai anugerah.
Kebenaran yang disebutkan oleh Rasul Paulus
seperti diutarakan di atas merupakan anugerah berdasarkan karya Kristus (Roma
5:17). Sama sekali tidak dapat diupayakan oleh manusia.
Kebenaran yang hakiki merupakan kebenaran
yang dicapai oleh Kristus dalam kesetiaan dan ketaatan-Nya yang sungguh
sempurna pada kehendak Allah Bapa. Seharusnya manusia yang harus mati untuk
menanggung dosa-dosa mereka. Tetapi Yesus mengambil alihnya.
Yesus menanggung seluruh dosa manusia dengan
jalan mati di kayu salib. Pembenaran ini diberikan Tuhan kepada semua orang
yang percaya dan menerima Yesus Kristus sebagai juru selamatnya.
Setiap orang yang percaya kepada
Yesus Kristus tidak lagi hidup di bawah hukum taurat, tetapi di bawah kasih
karunia Allah. Kita menjadi orang benar karena dibenarkan oleh Allah karena
percaya kepada Yesus Kristus.
Mengenai hal ini telah dinaytakan oleh rasul
Paulus: “Tetapi sekarang, tanpa hukum Taurat kebenaran Allah telah dinyatakan,
seperti yang disaksikan dalam Kitab Taurat dan Kitab-kitab para nabi, yaitu
kebenaran Allah karena iman dalam Yesus Kristus bagi semua orang yang percaya.
Sebab tidak ada perbedaan” (Roma 3:22).
Dan hal itu merupakan dasar pembenaran (Roma
5:18). Setiap orang yang percaya kepada Yesus Kristus secara otomatis
memperoleh pembenaran, dan mereka dibenarkan dan diterima sebagai orang benar
di hadapan pengadilan Allah (Roma 3:26). Kebenaran ini bukan kebenaran karena
kita melakukan hukum Taurat, tetapi karena kasih Kristus kepada kita.
Iman Kristen adalah khas kebenaran melalui
Injil Kristus yang diberitakan oleh para rasul. Dalam suratnya kepada jemaat
Galatia, rasul Paulus mengatakan: “Tetapi sesaat pun kami tidak mau mudur dan
tunduk kepada mereka, agar kebenaran Injil dapat tinggal tetap pada kamu”
(Galatia 2:5).
Inti utama pemberitaan Injil adalah Yesus
Kristus. Mempelajari Injil tanpa pengenalan yang benar tentang Yesus Kristus
adalah kebodohan.
Yesus sendiri menyatakan bahwa Dialah kebenaran.
“Kata Yesus kepadanya: “Akulah jalan dan kebenaran dan hidup. Tidak seorang pun
yang datang kepada Bapa, kalau tidak melalui Aku” (Yohanes 14:6).
Di dalam Dia ada kebenaran, dan Roh Kudus
menuntun orang ke dalam kebenaran itu (Yohanes 16:13).
Murid-murid Yesus mengetahui tentang
kebenaran itu (Yohanes 8:32), mereka melakukannya (Yohanes 3:21), dan hidup di
dalamnya (Yohanes 8:44), firman Kebenaran itu melahirkan kita kembali (Yakobus
1:18), dan kebenaran itu harus ditaati setiap orang percaya (Roma 2:8; Galatia
5:7). Inilah kebenaran yang dimaksudkan yang harus kita gunakan sebagai senjata
rohani bagi kita. Berikat pinggangkan kebenaran berarti mengikat pinggang kita
dengan kebenaran Kristus.
Berikatpinggangkan
Kebenaran
Setiap orang percaya adalah prajurid Kristus
yang siap maju berperang setiap saat dalam hidupnya. Setiap prajurid Kristus
harus senantiasa menggunakan senjata dengan baik dan benar hingga bisa
berkemenangan dalam hidupnya.
Untuk bisa menggunakan senjata dengan baik
dan benar, seorang prajurid harus mengenal senjatanya dengan baik dan
menguasainya secara sempurna sehingga ia bisa menggunakannya sewaktu-waktu
kapan saja diperlukan. Kita harus mengenal kebenaran itu karena itulah yang
memerdekakan kita (Yohanes 8:32).
Salah satu senjata orang percaya adalah
‘kebenaran’. Setiap orang percaya harus mengikat pinggangnya dengan kebenaran –
kebenaran Kristus. Poros kekuatan manusia adalah pada pinggangnya. Berarti kita
harus betul-betul kuat dengan kebenaran Kristus yang mengelilingi pinggang kita.
Artinya kita harus tetap dalam Firman Allah,
dan Firman Allah dalam kita. Firman Allah adalah kebenaran (2 Samuel 7:28; Yes
11:5). Kita harus tetap dalam Yesus Kristus, dan Yesus Kristus di dalam kita.
Yesus Kristus adalah kebenaran dan hidup (Yohanes 14:6).
Roh Kudus harus tetap ada dalam kita, Dialah
yang menuntun dan memberi kita kekuatan dalam hidup kita. Roh Kudus adalah Roh
Kebenaran (Yohanes 16:13). Kita harus senantiasa berikatpinggankan kebenaran
itu.
Memahami
Kebenaran
Jangan pernah berpikir bahwa kita aka bisa
menggunakan sebuah alat jika kita tidak mengenali dan memahaminya terlebih dulu.
Kita bisa memakai sesuatu itu jika kita mengenali dan memahami tentang alat itu
dan bagaimana menggunakannya.
Jangan pernah berpikir kalau kita akan bisa
berikatpinggangkan kebenaran itu jika kita tidak mengenal atau memahami apa itu
kebenaran. Bagaimana menggunakannya.
Banyak orang sering menggampangkan segala
sesuatu. Mereka berkata bahwa mereka memahaminya pada hal tidak demikian
sesungguhnya. Mungkin mereka baru tahu sedikit saja, tetapi mereka mengatakan
bahwa mereka telah memahaminya.
Bahkan ada orang yang nekad mengajar atau
menjadi pembicara walau mereka belum sungguh-sungguh memahami apa sesungguhnya
yang mereka ajarkan atau bicarakan. Hasilnya, orang-orang yang diajar bukannya
semakin benar tetapi semakin bingung, dan yang mengajar pun menjadi stress.
Memahami berarti menguasai sepenuhnya. Dia
telah belajar dari orang yang benar. Mereka telah mendengar dari Tuhan melalui
Roh Kudus. Memahami kebenaran tidak bisa menggunakan hikmat manusia, tetapi
hikmat Tuhan.
Bagaimana kita bisa memahami kebenaran?
Sama halnya bila kita ingin memahami sesuatu.
Kita harus mempelajarinya dengan saksama. Kita harus membaca buku panduan yang
disediakan oleh pembuatnya. Demikian juga halnya dengan bila kita memahami
kebenaran itu sendiri.
Kita harus membaca buku panduan tentang
kebenaran itu, yaitu Injil yang memuat Firman Tuhan (logos). Firman Tuhan itu sendiri adalah kebenaran. Dan itulah yang
memimpin kita untuk sampai kepada kebenaran, yaitu Yesus Kristus.
Untuk bisa memahami Firman Tuhan dengan
benar, kita membutuhkan penuntun yang benar pula. Maka kita harus memiliki Roh
kudus yaitu Roh Kebenaran untuk menuntun kita mengenal kebenaran itu sendiri.
Manusia mungkin bisa mengajari tapi hanya
memberikan pengajaran dasar saja. Hikmat manusia tidak sanggup menjangkau
hikmat Tuhan. Hanya Roh Tuhanlah yang bisa mengetahui apa yang ada dalam diri
Tuhan. Bila manusia ingin bisa memahami pikiran Tuhan maka ia harus dipenuhi
oleh Roh Kudus. Roh Kudus sendirilah yang dapat mengajari orang untuk bisa
memahami pikiran Allah.
Pengajaran manusia hanya merupakan kompetensi
dasar yang diperlukan untuk bisa melanjutkannya belajar di sekolah Roh Kudus. Hal
ini perlu dilakukan mengingat jalan hidup setiap orang berbeda di hadapan
Tuhan.
Manusia hanya perlu kompetensi dasar dalam
pembelajaran Firman Tuhan yang menjadi sumber kebenaran dan kebenaran itu
sendiri. Selanjutnya Roh Kudus lah yang menuntun manusia itu untuk masuk pada
kebenaran yang hakiki.
Allah telah berjanji bahwa Dia telah menaruh
firman-Nya dalam akal budi umat-Nya, dan menuliskannya dalam hati kita. Oleh
karena itu orang tidak perlu lagi mengajar sesamanya. Seperti dalam suratnya,
rasul Paulus mengatakan: “Dan mereka tidak akan mengajar lagi sesama warganya,
atau sesama saudaranya dengan mengatakan: Kenallah Tuhan! Sebab mereka semua,
besar kecil, akan mengenal Aku” (Ibrani 8:11).
Mengenai hal ini pun telah dinubuatkan oleh
nabi Yeremia jauh sebelumnya. Dalam kitab Yeremia dikatakan: “Dan tidak usah
lagi orang mengajar sesamanya atau mengajar saudaranya dengan mengatakan:
Kenallah TUHAN! Sebab mereka semua, besar kecil, akan mengenal Aku, demikianlah
firman TUHAN, sebab Aku akan mengampuni kesalahan mereka dan tidak lagi
mengingat dosa mereka” (Yeremia 31:34).
Sejak kita percaya kepada Yesus Kristus dan
menerima Dia sebagai Juru Selamat kita, kita telah dikaruniai seorang Pribadi
yang bersemayam dalam diri kita untuk menuntun kita menerima dan memahami
kebenaran itu. Tanpa tuntunan Roh Kudus kita bisa memperoleh pemahaman yang
keliru tentang kebenaran itu.
Tuhan berfirman, “Karena kepada kita Allah
telah menyatakannya oleh Roh, sebab Roh menyelidiki segala sesuatu, bahkan
hal-hal yang tersembunyi dalam diri Allah” (1Korintus 2:10). Jadi kita hanya
bisa memperoleh informasi yang akurat tentang kebenaran itu melalui Roh Kudus
yang Tuhan karuniakan dalam diri kita.
Selanjutnya Rasul Paulus menyatakan, “Kita tidak
menerima roh dunia, tetapi roh yang berasal dari Allah, supaya kita tahu, apa
yang dikaruniakan Allah kepada kita” (1 Korintus 2:12).
Hati-hatilah menerima pengajaran dari
seseorang. Ujilah apakah dia mengajar atas tuntunan Roh Kudus atau tidak. Hati-hatilah
terhadap musang berbulu domba. Banyak orang yang datang mengajar mengatas namakan
gereja atau menggunakan nama Tuhan pada hal mereka melayani atas dasar ambisi
mereka sendiri.
Hati-hatilah karena anti Kristus tidak muncul
dari luar tetapi dari dalam gereja sendiri. Ketahuilah bahwa kebenaran hanya
akan muncul dari firman Tuhan yang diajarkan atas dasar tuntunan Roh Kudus,
bukan dari ambisi pribadi dan hikmat manusia.
Menjadi
serupa dengan kebenaran
Pada waktu saya belum lahir baru saya telah
mendengarkan ungkapan “Menjadi serupa dengan Yesus Kristus”. Pada waktu itu,
terus terang saya masih berkomentar dengan mengatakan bahwa hal itu tidak
mungkin.
Setelah mempelajari firman Tuhan, dan membaca
firman Tuhan, “Sebab semua orang yang dipilih-Nya dari semula, mereka juga
ditentukan-Nya dari semula untuk menjadi serupa dengan gambaran Anak-Nya,
supaya Ia, Anak-Nya itu, menjadi yang sulung di antara banyak saudara” (Roma
8:29). Saya menggaris bawahi “Menjadi serupa dengan gambaran Anak-Nya” yaitu Yesus
Kristus.
Bagaimana cara Tuhan menjadikan kita serupa
dengan Dia?
Kita hanya dapat dibentuk oleh Tuhan serupa
dengan Diri-Nya dengan cara-Nya sendiri.
Bagaimana kita akan tahu?
Dengan mempelajari kebenaran, yaitu Firman
Tuhan. Pada saat kita mempelajari kebenaran itu, kita dihadapakan pada dua
pilihan, antara lain: Kita bisa menolak untuk dibentuk oleh Tuhan, atau kita
berserah kepada-Nya agar dibentuk serupa dengan Yesus Kristus.
Suka atau tidak suka, dan kita harus suka.
Kita harus mendengarkan firman Tuhan hingga kita memahami, dibentuk dan
dijadikan serupa dengan kebenaran-Nya. Mendengarkan firman Tuhan berarti
berusaha meneliti, memahami, dan melakukannya dalam kehidupan sehari-hari.
Berdasarkan cara orang mendengarkan Firman
Tuhan, manusia terbagi atas dua bagian, yaitu orang bijaksana dan orang bodoh. Tuhan
Yesus mengatakan, “Setiap orang yang mendengar perkataan-Ku ini dan
melakukannya, ia sama dengan orang yang bijaksana, yang mendirikan rumahnya di
atas batu.
Tetapi setiap orang yang mendegar
perkataan-Ku ini dan tidak melakukannya, ia sama dengan orang yang bodoh, yang
mendirikan rumahnya di atas pasir” (Matius 7:24, 26).
Orang yang mendegarkan firman Tuhan dan tidak
melakukannya, berarti sama halnya dengan orang yang menolak untuk dibentuk oleh
Tuhan. Dan dia bisa disamakan dengan orang bodoh.
Dan orang yang mendengar Firman Tuhan dan
melakukannya berarti sama dengan orang yang berserah kepada Tuhan untuk
dibentuk serupa dengan Yesus Kristus. Dia bisa disamakan dengan orang yang
bijaksana. Karena dengan melakukan Firman Tuhanlah kita akan dibentuk serupa
dengan kebenaran - Yesus Kristus.
Selain Saulus yang telah dibentuk Tuhan
segambar dengan diri-Nya, salah seorang anak didik Rasul Paulus, yakni
Timotius. Mereka adalah manusia biasa sama dengan kita. Mereka dibentuk Tuhan
serupa dengan Diri-Nya dalam hidup mereka. Melalui didikan Rasul Paulus,
Timotius berhasil menjadi serupa dengan kebenaran itu. Setelah beberapa tahun
menjalankan pelayanannya bersama Paulus, lalu ia ditugaskan dalam penggembalaan
pelayanan Injil di Efesus dan Asia Kecil.
Dan sehubungan dengan pelayanan Timotius,
Paulus menuliskan suratnya yang pertama. Dan salah satu ayatnya adalah sebagai
berikut: “Jangan seorang pun menganggap engkau rendah karena engkau muda.
Jadilah teladan bagi orang-orang percaya, dalam perkataanmu, dalam tingkah
lakumu, dalam kasihmu, dalam kesetiaanmu, dan dalam kesucianmu” (1 Timotius
4:12).
Dari bunyi ayat firman Tuhan yang disampaikan
oleh Paulus dalam (1 Timotius 4:12), kita
dapat melihat bagaimana kebenaran itu sendiri mengalir dalam kehidupan
Timotius, antara lain: jadilah teladan bagi orang-orang percaya dalam seluruh
sikap dan moral hidupnya sesuai dengan kebenaran itu sendiri. Menjadi teladan
dalam perkataan, tingkah laku, kasih, kesetiaan, dan kesucian. Sungguh luar biasa,
bukan?
Demikianlah Tuhan akan membentuk setiap kita
menurut kerelaan kita dalam mendengarkan dan melakukan Firman Tuhan dalam hidup
kita.
Memberitakan
Kebenaran
Apakah maksudnya memberitakan kebenaran?
Apakah setiap orang percaya perlu memberitakan kebenaran? Memberitakan
kebenaran adalah membagikan kebenaran yang kita peroleh kepada orang lain, baik
dengan menyampaikan kebenaran Firman Tuhan maupun melalui perbuatan dan sikap
hidup kita.
Setiap orang percaya haruslah menjadi kitab
yang terbuka bagi orang lain di sekitarnya. Seperti kata firman Tuhan, “Dari
buahnyalah kamu akan mengenal mereka.” setiap orang percaya akan dikenali dari
sikap hidupnya, bukan dari kartu identitasnya saja.
Sesungguhnya Tuhan mengaruniakan sesuatu
kepada kita bukan untuk disimpan dan dinikmati sendiri dalam hidup ini. Tidak
demikian saudaraku. Tuhan mengaruniakan berbagai hal kepada kita seperti uang,
pengetahuan, kebenaran, dan mujizat untuk kita bagikan kepada orang lain.
Artinya bahwa Tuhan memakai kita menjadi
saluran berkat. Firman Tuhan menyatakan, “…Kamu telah memperolehnya dengan cuma-cuma,
oleh karena itu berikanlah pula dengan cuma-cuma” (Matius 10:8).
Dari nats ini jelas sekali bahwa setiap kita
menerima sesuatu dari Tuhan, kita wajib untuk memberikannya kepada orang lain.
Dan ingat… dengan cuma-cuma. Jangan menjadi orang upahan. Menjadi hamba Tuhan
haruslah menjadi sama dengan Yesus Kristus. Yesus sendiri telah memperingatkan
kita tentang seorang upahan yang meninggalkan domba-domba itu lalu lari,
sehingga serigala itu menerkam dan mencerai-beraikan domba-domba itu. (Lht.
Yohanes 10:12)
Dari gambaran Firman yang disampaikan Yesus
ini dapat kita lihat secara de fakto bahwa tidak sedikit pendeta yang menjadi
upahan dalam artian memang mereka bekerja di gereja untuk menerima gaji mirip
dengan sistim yang berlaku di perusahaan sekuler. Memang betul seorang pekerja
di ladang Tuhan layak menerima upah tetapi tidak dengan sistim yang ada di
dunia sekuler. Dan bila gajinya tidak dinaikkan mereka mulai gusar dan mencoba
mencari lahan yang lebih baik. Dan bila ada masalah atau persolan (serigala
datang) dihadapkan pada gereja tersebut dia pula lah yang lebih dulu melarikan
diri untuk menyelamatkan dirinya.
Mengenai pemberitaan Firman Tuhan, Yesus
sendiri telah dengan tegas menyatakannya dalam Injil Matius 28:19-20, apa yang
sering kita sebut dengan Amanat Agung Tuhan Yesus.”Karena itu pergilah, jadikan
semua bangsa murid-Ku dan baptislah mereka dalam nama Bapa dan Anak dan Roh
Kudus, dan ajarlah mereka melakukan segala sesuatu yang telah Kuperintahkan
kepadamu. Dan ketahuilah, Aku menyertai kamu senantiasa sampai pada akhir
zaman.”
Nats ini sama dengan judul perikopnya yaitu perintah
untuk memberitakan Injil. Setiap orang percaya wajib memberitakan Firman
Kebenaran. Kita wajib memberitakan kebenaran kepada semua bangsa sehingga
mereka mengenal Tuhan dan melakukan segala yang Tuhan perintahkan kepada kita.
Memberitakan firman Tuhan bukanlah profesi
yang mencari atau mengharapkan gaji. Bila anda, atau anak anda, atau siapa saja
yang berkeinginan untuk menjadi hamba Tuhan atau menjadi pemberita Injil
hendaklah dia mempertimbangkan lebih dulu sebelum dia menjalaninya. Dia
sebaiknya dengan bijak dari awal mengevaluasi diri apakah pilihan menjadi hamba
Tuhan atau pemberita Injil merupakan panggilan atau tidak.
Yang disebut panggilan berarti dia melakukan
tugasnya atas visi yang diberikan Tuhan kepadanya. Bukan ambisi pribadi. Bila
hal itu merupakan ambisi pribadi lebih baik jangan. Lebih baik melayani atau
bekerja lewat dunia sekuler.
Seorang yang melayani atas dasar ambisi
pribadi akan sangat berbahaya baik untuk diri sendiri maupun bagi pelayanan itu
sendiri. Mungkin kita masih ingat apa yang dikatakan Yesus kepada
murid-murid-Nya ketika mereka diutus untuk memberitakan Injil. Mereka dilarang
memikirkan diri mereka sendiri. Mereka dilarang mengandalkan kemampuan mereka
sendiri.
Seorang pengerja harus mengandalkan Tuhan,
dan fokus hanya kepada Yesus Kristus yang memanggil dan mengutus mereka untuk
melakukan pekerjaan-Nya, yaitu memberitakan Injil Kerajaan Surga.
Dalam Injil Matius dikatakan: “Janganlah kamu
membawa emas atau perak atau tembaga dalam ikat pinggangmu. Janganlah kamu
membawa bekal dalam perjalanan, janganlah kamu membawa baju dua helai, kasut
atau tongkat, sebab seorang pekerja patut mendapat upahnya” (Matius 10:9-10).
Seorang Saulus yang telah berhasil
berikatpinggangkan kebenaran juga menyatakan bahwa memberitakan injil merupakan
keharusan baginya. Bahkan lebih lanjut ia menegaskan bahwa celakalah dirinya
jika ia tidak memberitakan Firman kebenaran itu. (Lht. 1 Korintus 9:16).
Memberitakan firman Tuhan untuk bisa
berikatpinggangkan kebenaran berarti kita memberitakan firman dengan kesadaran
bahwa kita wajib untuk melakukannya, bukan ambisi pribadi yang mengharapkan imbalan
gaji. Disadari atau tidak, tidak sedikit orang yang melakukan pemberita firman
Tuhan apalagi yang terikat dalam sebuah organisasi bisa merupakan ambisi
pribadi, dan bukan keharusan seperti yang dikatakan oleh rasul Paulus.
Bila kita sadar bahwa kita wajib melakukan
pemberitaan firman Tuhan maka kita pasti akan melakukannya dengan tulus dengan
tuntunan Roh Kudus. Bisa dilakukan sendiri tanpa terikat dengan organisasi. Tidak
mengharapkan upah atau pujian dari orang lain. Tetapi dengan mata yang tertuju
kepada Tuhan Yesus Kristus. Dan pelayanan yang dilakukan akan menjadi gaya
hidup. Tidak dibuat-buat, atau bukan karena dorongan motivasi yang keliru.
Melakukan pekerjaan Tuhan memang sungguh
tidak mudah, apalagi dilakukan atas dasar ambisi pribadi dan hikmat manusia.
Dalam melaksanakan pekerjaan-Nya, Tuhan tidak mau kita membawa hal yang tidak
penting yang hanya membebani kita dalam pekerjaan Tuhan.
Tuhan tidak mau kita memikirkan hal-hal yang
menghalangi kita dalam memenuhi panggilan-Nya. Masih ingat bagaimana Yesus
mengutus keduabelas rasul? Dia berpesan kepada mereka agar mereka hanya membawa
kebenaran dan tidak boleh membawa yang bukan kebenaran.
Pesan pertama: “Janganlah kamu menyimpang ke
jalan bangsa lain atau masuk ke dalam kota orang Samaria, melainkan pergilah
kepada domba-domba yang hilang dari umat Israel” (Matius 10:5-6). Pesan ini
berarti “Lakukanlah dengan benar!”
Pesan Kedua: “Pergilah dan beritakanlah:
Kerajaan Sorga sudah dekat” (Matius 10:7). Pesan ini berarti “Beritakanlah
kebenaran!”
Pesan Ketiga: “Sembuhkanlah orang sakit;
bangkitlah orang orang mati; tahirkanlah orang kusta; usirlah setan-setan. Kamu
telah menerimanya dengan Cuma-Cuma, karena itu berikanlah dengan Cuma-Cuma”
(Matius 10:8). Pesan ini berarti: “Lakukanlah kebenaran, dan bawalah
kebenaran!”
Pesan Keempat: “Janganlah kamu membawa emas
atau perak atau tembaga dalam ikat pinggangmu” (Matius 10:9). Pesan ini
berarti: “Tidak boleh membawa beban. Bawalah hanya kebenaran!”
Pesan Kelima: “Janganlah kamu membawa bekal
dalam perjalanan, janganlah kamu membawa baju dua helai, kasut atau tongkat,
sebab seorang pekerja patut mendapat upahnya” (Matius 10:10). Pesan ini
berarti: “Tidak boleh membawa beban. Terimalah kebenaran! Tuhan telah
menyediakan semuanya itu dalam kebenaran.”
Pesan Keenam: “Apabila kamu masuk ke kota atau
desa, carilah di situ seorang yang layak dan tinggallah padanya sampai kamu
berangkat” (Matius 10:11). Pesan ini berarti: “Lakukanlah dengan benar!”
Pesan Ketujuh: “Apabila kamu masuk rumah
orang, berilah salam kepada mereka” (Matius 10:12). Pesan ini berarti:
“Lakukanlah kebenaran!”
Pesan Kedelapan: “Dan apabila seorang tidak
menerima kamu dan tidak mendengar perkataanmu, keluarlah dan tinggalkanlah
rumah atau kota itu dan kebaskanlah debunya dari kakimu” (Matius 10:14). Pesan
ini berarti: Jangan memaksakan kehendak, tetapi lakukanlah kebenaran!”
Dalam hal ini dapat kita ketahui bahwa kita
hanya boleh membawa kebenaran. Artinya kita harus mengikat pinggang kita dengan
kebenaran.
Sebagai murid-murid Tuhan yang harus siap
berperang setiap saat, kita tidak cukup hanya menguasai kebenaran yang menjadi
senjata kita tersebut. Kita harus menjadikannya menjadi gaya hidup kita – hidup
sesuai kebenaran Tuhan.
Firman Tuhan adalah kebenaran Tuhan. Bukan
kebenaran manusia. Dalam Injil Yohanes, Yesus berkata: “Jikalau kamu tetap
dalam firman-Ku, kamu adalah benar-benar murid-Ku dan kamu akan mengetahui
kebenaran, dan kebenaran itu akan memerdekakan kamu” (Yohanes 8:31-32).
Nats ini menjelaskan kepada kita bahwa firman
Tuhan yang kita pelajari dan kita percayai akan menuntun kita kepada kebenaran
– Yesus Kristus, yang memerdekakan kita (yang membuat kita berkemenangan).