google-site-verification: googlee10025ebf65670c5.html IKAT PINGGANG - KEBENARAN - Ev. Heldin Manurung

2


SENJATA PERTAMA

Ikat Pingang - Kebenaran 

Sebelum kita membicarakan lebih lanjut tentang pokok masalahnya, marilah kita terlebih dahulu menyatukan persepsi kita tentang pengertian kebenaran. Kata ‘kebenaran’ berasal dari kata dasar ‘benar’. Kata benar ini beriringan dengan kata ‘adil’, dan juga kata ‘setia’ sehingga tidak bisa terlepaskan dari tatanan hukum dan aturan.

Sesesorang dapat dikatakan benar karena dia menjalani hidupnya sesuai dengan aturan dan hukum yang ada, dalam artian dia setia terhadap hukum dan aturan yang ada. Hal ini terutama berlaku dalam hidup antar sesama manusia di hadapan Allah.

Dalam kehidupan yang berlangsung dalam PL yang hidup di bawah hukum taurat. Sejak kejatuhan manusia pertama ke dalam dosa, tak seorang pun manusia yang benar di hadapan Allah. Semua manusia telah berbuat dosa.

Kebenaran yang diupayakan oleh manusia dengan mematuhi hukum taurat tidak bisa memenuhi kebenaran yang dari Allah. Rasul Paulus membedakan keadilan yang dicapai oleh usaha moral manusia apa yang disebut dengan kebenaran karena menaati hukum Taurat (Filipi 3:9), dan kebenaran yang merupakan pemberian Tuhan kepada manusia sebagai anugerah.

Kebenaran yang disebutkan oleh Rasul Paulus seperti diutarakan di atas merupakan anugerah berdasarkan karya Kristus (Roma 5:17). Sama sekali tidak dapat diupayakan oleh manusia.

Kebenaran yang hakiki merupakan kebenaran yang dicapai oleh Kristus dalam kesetiaan dan ketaatan-Nya yang sungguh sempurna pada kehendak Allah Bapa. Seharusnya manusia yang harus mati untuk menanggung dosa-dosa mereka. Tetapi Yesus mengambil alihnya.

Yesus menanggung seluruh dosa manusia dengan jalan mati di kayu salib. Pembenaran ini diberikan Tuhan kepada semua orang yang percaya dan menerima Yesus Kristus sebagai juru selamatnya.

Setiap orang yang percaya kepada Yesus Kristus tidak lagi hidup di bawah hukum taurat, tetapi di bawah kasih karunia Allah. Kita menjadi orang benar karena dibenarkan oleh Allah karena percaya kepada Yesus Kristus.

Mengenai hal ini telah dinaytakan oleh rasul Paulus: “Tetapi sekarang, tanpa hukum Taurat kebenaran Allah telah dinyatakan, seperti yang disaksikan dalam Kitab Taurat dan Kitab-kitab para nabi, yaitu kebenaran Allah karena iman dalam Yesus Kristus bagi semua orang yang percaya. Sebab tidak ada perbedaan” (Roma 3:22).

Dan hal itu merupakan dasar pembenaran (Roma 5:18). Setiap orang yang percaya kepada Yesus Kristus secara otomatis memperoleh pembenaran, dan mereka dibenarkan dan diterima sebagai orang benar di hadapan pengadilan Allah (Roma 3:26). Kebenaran ini bukan kebenaran karena kita melakukan hukum Taurat, tetapi karena kasih Kristus kepada kita.


Iman Kristen adalah khas kebenaran melalui Injil Kristus yang diberitakan oleh para rasul. Dalam suratnya kepada jemaat Galatia, rasul Paulus mengatakan: “Tetapi sesaat pun kami tidak mau mudur dan tunduk kepada mereka, agar kebenaran Injil dapat tinggal tetap pada kamu” (Galatia 2:5).

Inti utama pemberitaan Injil adalah Yesus Kristus. Mempelajari Injil tanpa pengenalan yang benar tentang Yesus Kristus adalah kebodohan.

Yesus sendiri menyatakan bahwa Dialah kebenaran. “Kata Yesus kepadanya: “Akulah jalan dan kebenaran dan hidup. Tidak seorang pun yang datang kepada Bapa, kalau tidak melalui Aku” (Yohanes 14:6).

Di dalam Dia ada kebenaran, dan Roh Kudus menuntun orang ke dalam kebenaran itu (Yohanes 16:13).

Murid-murid Yesus mengetahui tentang kebenaran itu (Yohanes 8:32), mereka melakukannya (Yohanes 3:21), dan hidup di dalamnya (Yohanes 8:44), firman Kebenaran itu melahirkan kita kembali (Yakobus 1:18), dan kebenaran itu harus ditaati setiap orang percaya (Roma 2:8; Galatia 5:7). Inilah kebenaran yang dimaksudkan yang harus kita gunakan sebagai senjata rohani bagi kita. Berikat pinggangkan kebenaran berarti mengikat pinggang kita dengan kebenaran Kristus.


Berikatpinggangkan Kebenaran

Setiap orang percaya adalah prajurid Kristus yang siap maju berperang setiap saat dalam hidupnya. Setiap prajurid Kristus harus senantiasa menggunakan senjata dengan baik dan benar hingga bisa berkemenangan dalam hidupnya.

Untuk bisa menggunakan senjata dengan baik dan benar, seorang prajurid harus mengenal senjatanya dengan baik dan menguasainya secara sempurna sehingga ia bisa menggunakannya sewaktu-waktu kapan saja diperlukan. Kita harus mengenal kebenaran itu karena itulah yang memerdekakan kita (Yohanes 8:32).

Salah satu senjata orang percaya adalah ‘kebenaran’. Setiap orang percaya harus mengikat pinggangnya dengan kebenaran – kebenaran Kristus. Poros kekuatan manusia adalah pada pinggangnya. Berarti kita harus betul-betul kuat dengan kebenaran Kristus yang mengelilingi pinggang kita.

Artinya kita harus tetap dalam Firman Allah, dan Firman Allah dalam kita. Firman Allah adalah kebenaran (2 Samuel 7:28; Yes 11:5). Kita harus tetap dalam Yesus Kristus, dan Yesus Kristus di dalam kita. Yesus Kristus adalah kebenaran dan hidup (Yohanes 14:6).

Roh Kudus harus tetap ada dalam kita, Dialah yang menuntun dan memberi kita kekuatan dalam hidup kita. Roh Kudus adalah Roh Kebenaran (Yohanes 16:13). Kita harus senantiasa berikatpinggankan kebenaran itu.


Memahami Kebenaran

Jangan pernah berpikir bahwa kita aka bisa menggunakan sebuah alat jika kita tidak mengenali dan memahaminya terlebih dulu. Kita bisa memakai sesuatu itu jika kita mengenali dan memahami tentang alat itu dan bagaimana menggunakannya.

Jangan pernah berpikir kalau kita akan bisa berikatpinggangkan kebenaran itu jika kita tidak mengenal atau memahami apa itu kebenaran. Bagaimana menggunakannya.

Banyak orang sering menggampangkan segala sesuatu. Mereka berkata bahwa mereka memahaminya pada hal tidak demikian sesungguhnya. Mungkin mereka baru tahu sedikit saja, tetapi mereka mengatakan bahwa mereka telah memahaminya.

Bahkan ada orang yang nekad mengajar atau menjadi pembicara walau mereka belum sungguh-sungguh memahami apa sesungguhnya yang mereka ajarkan atau bicarakan. Hasilnya, orang-orang yang diajar bukannya semakin benar tetapi semakin bingung, dan yang mengajar pun menjadi stress.

Memahami berarti menguasai sepenuhnya. Dia telah belajar dari orang yang benar. Mereka telah mendengar dari Tuhan melalui Roh Kudus. Memahami kebenaran tidak bisa menggunakan hikmat manusia, tetapi hikmat Tuhan.

Bagaimana kita bisa memahami kebenaran?

Sama halnya bila kita ingin memahami sesuatu. Kita harus mempelajarinya dengan saksama. Kita harus membaca buku panduan yang disediakan oleh pembuatnya. Demikian juga halnya dengan bila kita memahami kebenaran itu sendiri.

Kita harus membaca buku panduan tentang kebenaran itu, yaitu Injil yang memuat Firman Tuhan (logos). Firman Tuhan itu sendiri adalah kebenaran. Dan itulah yang memimpin kita untuk sampai kepada kebenaran, yaitu Yesus Kristus.

Untuk bisa memahami Firman Tuhan dengan benar, kita membutuhkan penuntun yang benar pula. Maka kita harus memiliki Roh kudus yaitu Roh Kebenaran untuk menuntun kita mengenal kebenaran itu sendiri.

Manusia mungkin bisa mengajari tapi hanya memberikan pengajaran dasar saja. Hikmat manusia tidak sanggup menjangkau hikmat Tuhan. Hanya Roh Tuhanlah yang bisa mengetahui apa yang ada dalam diri Tuhan. Bila manusia ingin bisa memahami pikiran Tuhan maka ia harus dipenuhi oleh Roh Kudus. Roh Kudus sendirilah yang dapat mengajari orang untuk bisa memahami pikiran Allah.

Pengajaran manusia hanya merupakan kompetensi dasar yang diperlukan untuk bisa melanjutkannya belajar di sekolah Roh Kudus. Hal ini perlu dilakukan mengingat jalan hidup setiap orang berbeda di hadapan Tuhan.

Manusia hanya perlu kompetensi dasar dalam pembelajaran Firman Tuhan yang menjadi sumber kebenaran dan kebenaran itu sendiri. Selanjutnya Roh Kudus lah yang menuntun manusia itu untuk masuk pada kebenaran yang hakiki.

Allah telah berjanji bahwa Dia telah menaruh firman-Nya dalam akal budi umat-Nya, dan menuliskannya dalam hati kita. Oleh karena itu orang tidak perlu lagi mengajar sesamanya. Seperti dalam suratnya, rasul Paulus mengatakan: “Dan mereka tidak akan mengajar lagi sesama warganya, atau sesama saudaranya dengan mengatakan: Kenallah Tuhan! Sebab mereka semua, besar kecil, akan mengenal Aku” (Ibrani 8:11).

Mengenai hal ini pun telah dinubuatkan oleh nabi Yeremia jauh sebelumnya. Dalam kitab Yeremia dikatakan: “Dan tidak usah lagi orang mengajar sesamanya atau mengajar saudaranya dengan mengatakan: Kenallah TUHAN! Sebab mereka semua, besar kecil, akan mengenal Aku, demikianlah firman TUHAN, sebab Aku akan mengampuni kesalahan mereka dan tidak lagi mengingat dosa mereka” (Yeremia 31:34).

Sejak kita percaya kepada Yesus Kristus dan menerima Dia sebagai Juru Selamat kita, kita telah dikaruniai seorang Pribadi yang bersemayam dalam diri kita untuk menuntun kita menerima dan memahami kebenaran itu. Tanpa tuntunan Roh Kudus kita bisa memperoleh pemahaman yang keliru tentang kebenaran itu.

Tuhan berfirman, “Karena kepada kita Allah telah menyatakannya oleh Roh, sebab Roh menyelidiki segala sesuatu, bahkan hal-hal yang tersembunyi dalam diri Allah” (1Korintus 2:10). Jadi kita hanya bisa memperoleh informasi yang akurat tentang kebenaran itu melalui Roh Kudus yang Tuhan karuniakan dalam diri kita.

Selanjutnya Rasul Paulus menyatakan, “Kita tidak menerima roh dunia, tetapi roh yang berasal dari Allah, supaya kita tahu, apa yang dikaruniakan Allah kepada kita” (1 Korintus 2:12).

Hati-hatilah menerima pengajaran dari seseorang. Ujilah apakah dia mengajar atas tuntunan Roh Kudus atau tidak. Hati-hatilah terhadap musang berbulu domba. Banyak orang yang datang mengajar mengatas namakan gereja atau menggunakan nama Tuhan pada hal mereka melayani atas dasar ambisi mereka sendiri.

Hati-hatilah karena anti Kristus tidak muncul dari luar tetapi dari dalam gereja sendiri. Ketahuilah bahwa kebenaran hanya akan muncul dari firman Tuhan yang diajarkan atas dasar tuntunan Roh Kudus, bukan dari ambisi pribadi dan hikmat manusia.


Menjadi serupa dengan kebenaran

Pada waktu saya belum lahir baru saya telah mendengarkan ungkapan “Menjadi serupa dengan Yesus Kristus”. Pada waktu itu, terus terang saya masih berkomentar dengan mengatakan bahwa hal itu tidak mungkin.

Setelah mempelajari firman Tuhan, dan membaca firman Tuhan, “Sebab semua orang yang dipilih-Nya dari semula, mereka juga ditentukan-Nya dari semula untuk menjadi serupa dengan gambaran Anak-Nya, supaya Ia, Anak-Nya itu, menjadi yang sulung di antara banyak saudara” (Roma 8:29). Saya menggaris bawahi “Menjadi serupa dengan gambaran Anak-Nya” yaitu Yesus Kristus.

Bagaimana cara Tuhan menjadikan kita serupa dengan Dia?

Kita hanya dapat dibentuk oleh Tuhan serupa dengan Diri-Nya dengan cara-Nya sendiri.

Bagaimana kita akan tahu?

Dengan mempelajari kebenaran, yaitu Firman Tuhan. Pada saat kita mempelajari kebenaran itu, kita dihadapakan pada dua pilihan, antara lain: Kita bisa menolak untuk dibentuk oleh Tuhan, atau kita berserah kepada-Nya agar dibentuk serupa dengan Yesus Kristus.

Suka atau tidak suka, dan kita harus suka. Kita harus mendengarkan firman Tuhan hingga kita memahami, dibentuk dan dijadikan serupa dengan kebenaran-Nya. Mendengarkan firman Tuhan berarti berusaha meneliti, memahami, dan melakukannya dalam kehidupan sehari-hari.

Berdasarkan cara orang mendengarkan Firman Tuhan, manusia terbagi atas dua bagian, yaitu orang bijaksana dan orang bodoh. Tuhan Yesus mengatakan, “Setiap orang yang mendengar perkataan-Ku ini dan melakukannya, ia sama dengan orang yang bijaksana, yang mendirikan rumahnya di atas batu.

Tetapi setiap orang yang mendegar perkataan-Ku ini dan tidak melakukannya, ia sama dengan orang yang bodoh, yang mendirikan rumahnya di atas pasir” (Matius 7:24, 26).

Orang yang mendegarkan firman Tuhan dan tidak melakukannya, berarti sama halnya dengan orang yang menolak untuk dibentuk oleh Tuhan. Dan dia bisa disamakan dengan orang bodoh.

Dan orang yang mendengar Firman Tuhan dan melakukannya berarti sama dengan orang yang berserah kepada Tuhan untuk dibentuk serupa dengan Yesus Kristus. Dia bisa disamakan dengan orang yang bijaksana. Karena dengan melakukan Firman Tuhanlah kita akan dibentuk serupa dengan kebenaran - Yesus Kristus.

Selain Saulus yang telah dibentuk Tuhan segambar dengan diri-Nya, salah seorang anak didik Rasul Paulus, yakni Timotius. Mereka adalah manusia biasa sama dengan kita. Mereka dibentuk Tuhan serupa dengan Diri-Nya dalam hidup mereka. Melalui didikan Rasul Paulus, Timotius berhasil menjadi serupa dengan kebenaran itu. Setelah beberapa tahun menjalankan pelayanannya bersama Paulus, lalu ia ditugaskan dalam penggembalaan pelayanan Injil di Efesus dan Asia Kecil.

Dan sehubungan dengan pelayanan Timotius, Paulus menuliskan suratnya yang pertama. Dan salah satu ayatnya adalah sebagai berikut: “Jangan seorang pun menganggap engkau rendah karena engkau muda. Jadilah teladan bagi orang-orang percaya, dalam perkataanmu, dalam tingkah lakumu, dalam kasihmu, dalam kesetiaanmu, dan dalam kesucianmu” (1 Timotius 4:12).

Dari bunyi ayat firman Tuhan yang disampaikan oleh Paulus dalam (1 Timotius 4:12), kita dapat melihat bagaimana kebenaran itu sendiri mengalir dalam kehidupan Timotius, antara lain: jadilah teladan bagi orang-orang percaya dalam seluruh sikap dan moral hidupnya sesuai dengan kebenaran itu sendiri. Menjadi teladan dalam perkataan, tingkah laku, kasih, kesetiaan, dan kesucian. Sungguh luar biasa, bukan?

Demikianlah Tuhan akan membentuk setiap kita menurut kerelaan kita dalam mendengarkan dan melakukan Firman Tuhan dalam hidup kita.


Memberitakan Kebenaran

Apakah maksudnya memberitakan kebenaran? Apakah setiap orang percaya perlu memberitakan kebenaran? Memberitakan kebenaran adalah membagikan kebenaran yang kita peroleh kepada orang lain, baik dengan menyampaikan kebenaran Firman Tuhan maupun melalui perbuatan dan sikap hidup kita.

Setiap orang percaya haruslah menjadi kitab yang terbuka bagi orang lain di sekitarnya. Seperti kata firman Tuhan, “Dari buahnyalah kamu akan mengenal mereka.” setiap orang percaya akan dikenali dari sikap hidupnya, bukan dari kartu identitasnya saja.

Sesungguhnya Tuhan mengaruniakan sesuatu kepada kita bukan untuk disimpan dan dinikmati sendiri dalam hidup ini. Tidak demikian saudaraku. Tuhan mengaruniakan berbagai hal kepada kita seperti uang, pengetahuan, kebenaran, dan mujizat untuk kita bagikan kepada orang lain.

Artinya bahwa Tuhan memakai kita menjadi saluran berkat. Firman Tuhan menyatakan, “…Kamu telah memperolehnya dengan cuma-cuma, oleh karena itu berikanlah pula dengan cuma-cuma” (Matius 10:8).

Dari nats ini jelas sekali bahwa setiap kita menerima sesuatu dari Tuhan, kita wajib untuk memberikannya kepada orang lain. Dan ingat… dengan cuma-cuma. Jangan menjadi orang upahan. Menjadi hamba Tuhan haruslah menjadi sama dengan Yesus Kristus. Yesus sendiri telah memperingatkan kita tentang seorang upahan yang meninggalkan domba-domba itu lalu lari, sehingga serigala itu menerkam dan mencerai-beraikan domba-domba itu. (Lht. Yohanes 10:12)

Dari gambaran Firman yang disampaikan Yesus ini dapat kita lihat secara de fakto bahwa tidak sedikit pendeta yang menjadi upahan dalam artian memang mereka bekerja di gereja untuk menerima gaji mirip dengan sistim yang berlaku di perusahaan sekuler. Memang betul seorang pekerja di ladang Tuhan layak menerima upah tetapi tidak dengan sistim yang ada di dunia sekuler. Dan bila gajinya tidak dinaikkan mereka mulai gusar dan mencoba mencari lahan yang lebih baik. Dan bila ada masalah atau persolan (serigala datang) dihadapkan pada gereja tersebut dia pula lah yang lebih dulu melarikan diri untuk menyelamatkan dirinya.

Mengenai pemberitaan Firman Tuhan, Yesus sendiri telah dengan tegas menyatakannya dalam Injil Matius 28:19-20, apa yang sering kita sebut dengan Amanat Agung Tuhan Yesus.”Karena itu pergilah, jadikan semua bangsa murid-Ku dan baptislah mereka dalam nama Bapa dan Anak dan Roh Kudus, dan ajarlah mereka melakukan segala sesuatu yang telah Kuperintahkan kepadamu. Dan ketahuilah, Aku menyertai kamu senantiasa sampai pada akhir zaman.”

Nats ini sama dengan judul perikopnya yaitu perintah untuk memberitakan Injil. Setiap orang percaya wajib memberitakan Firman Kebenaran. Kita wajib memberitakan kebenaran kepada semua bangsa sehingga mereka mengenal Tuhan dan melakukan segala yang Tuhan perintahkan kepada kita.

Memberitakan firman Tuhan bukanlah profesi yang mencari atau mengharapkan gaji. Bila anda, atau anak anda, atau siapa saja yang berkeinginan untuk menjadi hamba Tuhan atau menjadi pemberita Injil hendaklah dia mempertimbangkan lebih dulu sebelum dia menjalaninya. Dia sebaiknya dengan bijak dari awal mengevaluasi diri apakah pilihan menjadi hamba Tuhan atau pemberita Injil merupakan panggilan atau tidak.

Yang disebut panggilan berarti dia melakukan tugasnya atas visi yang diberikan Tuhan kepadanya. Bukan ambisi pribadi. Bila hal itu merupakan ambisi pribadi lebih baik jangan. Lebih baik melayani atau bekerja lewat dunia sekuler.

Seorang yang melayani atas dasar ambisi pribadi akan sangat berbahaya baik untuk diri sendiri maupun bagi pelayanan itu sendiri. Mungkin kita masih ingat apa yang dikatakan Yesus kepada murid-murid-Nya ketika mereka diutus untuk memberitakan Injil. Mereka dilarang memikirkan diri mereka sendiri. Mereka dilarang mengandalkan kemampuan mereka sendiri.

Seorang pengerja harus mengandalkan Tuhan, dan fokus hanya kepada Yesus Kristus yang memanggil dan mengutus mereka untuk melakukan pekerjaan-Nya, yaitu memberitakan Injil Kerajaan Surga.

Dalam Injil Matius dikatakan: “Janganlah kamu membawa emas atau perak atau tembaga dalam ikat pinggangmu. Janganlah kamu membawa bekal dalam perjalanan, janganlah kamu membawa baju dua helai, kasut atau tongkat, sebab seorang pekerja patut mendapat upahnya” (Matius 10:9-10).

Seorang Saulus yang telah berhasil berikatpinggangkan kebenaran juga menyatakan bahwa memberitakan injil merupakan keharusan baginya. Bahkan lebih lanjut ia menegaskan bahwa celakalah dirinya jika ia tidak memberitakan Firman kebenaran itu. (Lht. 1 Korintus 9:16).

Memberitakan firman Tuhan untuk bisa berikatpinggangkan kebenaran berarti kita memberitakan firman dengan kesadaran bahwa kita wajib untuk melakukannya, bukan ambisi pribadi yang mengharapkan imbalan gaji. Disadari atau tidak, tidak sedikit orang yang melakukan pemberita firman Tuhan apalagi yang terikat dalam sebuah organisasi bisa merupakan ambisi pribadi, dan bukan keharusan seperti yang dikatakan oleh rasul Paulus.

Bila kita sadar bahwa kita wajib melakukan pemberitaan firman Tuhan maka kita pasti akan melakukannya dengan tulus dengan tuntunan Roh Kudus. Bisa dilakukan sendiri tanpa terikat dengan organisasi. Tidak mengharapkan upah atau pujian dari orang lain. Tetapi dengan mata yang tertuju kepada Tuhan Yesus Kristus. Dan pelayanan yang dilakukan akan menjadi gaya hidup. Tidak dibuat-buat, atau bukan karena dorongan motivasi yang keliru.

Melakukan pekerjaan Tuhan memang sungguh tidak mudah, apalagi dilakukan atas dasar ambisi pribadi dan hikmat manusia. Dalam melaksanakan pekerjaan-Nya, Tuhan tidak mau kita membawa hal yang tidak penting yang hanya membebani kita dalam pekerjaan Tuhan.

Tuhan tidak mau kita memikirkan hal-hal yang menghalangi kita dalam memenuhi panggilan-Nya. Masih ingat bagaimana Yesus mengutus keduabelas rasul? Dia berpesan kepada mereka agar mereka hanya membawa kebenaran dan tidak boleh membawa yang bukan kebenaran.

Pesan pertama: “Janganlah kamu menyimpang ke jalan bangsa lain atau masuk ke dalam kota orang Samaria, melainkan pergilah kepada domba-domba yang hilang dari umat Israel” (Matius 10:5-6). Pesan ini berarti “Lakukanlah dengan benar!”

Pesan Kedua: “Pergilah dan beritakanlah: Kerajaan Sorga sudah dekat” (Matius 10:7). Pesan ini berarti “Beritakanlah kebenaran!”

Pesan Ketiga: “Sembuhkanlah orang sakit; bangkitlah orang orang mati; tahirkanlah orang kusta; usirlah setan-setan. Kamu telah menerimanya dengan Cuma-Cuma, karena itu berikanlah dengan Cuma-Cuma” (Matius 10:8). Pesan ini berarti: “Lakukanlah kebenaran, dan bawalah kebenaran!”

Pesan Keempat: “Janganlah kamu membawa emas atau perak atau tembaga dalam ikat pinggangmu” (Matius 10:9). Pesan ini berarti: “Tidak boleh membawa beban. Bawalah hanya kebenaran!”

Pesan Kelima: “Janganlah kamu membawa bekal dalam perjalanan, janganlah kamu membawa baju dua helai, kasut atau tongkat, sebab seorang pekerja patut mendapat upahnya” (Matius 10:10). Pesan ini berarti: “Tidak boleh membawa beban. Terimalah kebenaran! Tuhan telah menyediakan semuanya itu dalam kebenaran.”

Pesan Keenam: “Apabila kamu masuk ke kota atau desa, carilah di situ seorang yang layak dan tinggallah padanya sampai kamu berangkat” (Matius 10:11). Pesan ini berarti: “Lakukanlah dengan benar!”

Pesan Ketujuh: “Apabila kamu masuk rumah orang, berilah salam kepada mereka” (Matius 10:12). Pesan ini berarti: “Lakukanlah kebenaran!”

Pesan Kedelapan: “Dan apabila seorang tidak menerima kamu dan tidak mendengar perkataanmu, keluarlah dan tinggalkanlah rumah atau kota itu dan kebaskanlah debunya dari kakimu” (Matius 10:14). Pesan ini berarti: Jangan memaksakan kehendak, tetapi lakukanlah kebenaran!”

Dalam hal ini dapat kita ketahui bahwa kita hanya boleh membawa kebenaran. Artinya kita harus mengikat pinggang kita dengan kebenaran.

Sebagai murid-murid Tuhan yang harus siap berperang setiap saat, kita tidak cukup hanya menguasai kebenaran yang menjadi senjata kita tersebut. Kita harus menjadikannya menjadi gaya hidup kita – hidup sesuai kebenaran Tuhan.

Firman Tuhan adalah kebenaran Tuhan. Bukan kebenaran manusia. Dalam Injil Yohanes, Yesus berkata: “Jikalau kamu tetap dalam firman-Ku, kamu adalah benar-benar murid-Ku dan kamu akan mengetahui kebenaran, dan kebenaran itu akan memerdekakan kamu” (Yohanes 8:31-32).

Nats ini menjelaskan kepada kita bahwa firman Tuhan yang kita pelajari dan kita percayai akan menuntun kita kepada kebenaran – Yesus Kristus, yang memerdekakan kita (yang membuat kita berkemenangan).

BACAAN TERKAIT